Kami adalah Mahasiswa Institut Teknologi Bandung angkatan 2011 Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. Kelompok kami terdiri 10 orang yang mempunyai keinginan agar masyarakat dapat lebih preventif terhadap bencana yang sering melanda Negara kita.
Mitigasi dapat dilakukan dengan tiga tahapan yaitu : sebelum terjadi, ketika berlangsung dan setelah terjadi gempa bumi.
1. Sebelum terjadi gempa
Beberapa hal yang dapat kita lakukan agar selalu siaga adalah
• Dirikanlah bangunan (kantor, rumah dsb) sesuai dengan kaidah2 yang baku. Diskusikan lah dengan para ahli agar bangunan anda tahan gempa. Jangan membangun dengan asal-asalan apalagi tanpa perhitungan
• Kenalilah lokasi bangunan tempat anda tinggal atau bekerja, apakah tidak berada pada patahan gempa atau tempat lain seperti rawan longsor dsb.
• Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional. Jika anda punya lemari, ada baiknya dipakukan ke dinding, agar tidak roboh dan ikut menindih ketika terjadi gempa. Jika ada perabotan yang digantung, periksalah secara rutin keamananya.
• Siagakanlah peralatan seperti senter, kotak P3K, makanan instan dsb. Sediakan juga Radio, karena pada saat gempa alat komunikasi dan informasi lain seperti Telpon, HP, Televisi, Internet akan terganggu. Radio yang hanya menggunakan baterai akan sangat berguna disaat bencana.
• Selalu periksa penggunaaan Listrik dan gas, matikan jika tidak digunakan.
• Catatlah telepon-telepon penting seperti Pemadam kebakaran, Rumah sakit dll.
• Kenalilah jalur evakuasi. Beberapa daerah di Indonesia, khususnya daerah rawan Tsunami, saat ini telah membangun jalur evakuasi ke tempat yang lebih tinggi. Seperti di daerah saya, Kota Painan,Kabupaten Pesisir SelatanSumatera Barat telah dibangun jalurnya.
• Ikutilah Kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa yang sudah mulai dilakukan oleh beberapa daerah sepertiKota Padang, Sumatera Barat. Hal ini sudah biasa dilakukan oleh masyarakat Jepang. Sehingga mereka tidak canggung lagi ketika terjadi bencana. Dengan mengikuti kegiatan ini, kita akan terbiasa dengan bentuk2 peringatan dini yang disediakan pemerintah daerah, seperti sirine pertanda Tsunami, Sirine Banjir dsb.
2. Ketika berlangsung gempa
• Yang pertama sekali adalah DON’T BE PANIC, kuasai diri anda bahwa anda dapat lepas dari bencana tersebut.
• Menghindar dari bangunan, pohon, tiang listrik dsb yang berkemungkinan roboh menimpa kita. Jika anda berada dalam gedung, berusahalah untuk lari keluar. Jika tidak memungkinkan berlindunglah di bawah meja yang kuat, tempat tidur. Atau berlindunglah di pojok bangunan, karena lebih kuat tertopang.
• Perhatikan tempat anda berdiri, karena gempa yang besar akan memungkinkan terjadinya rengkahan tanah.
• Jika anda sedang berkendara, matikan kendaraan anda dan turunlah. Jika anda sedang berada di pantai, maka berlarilah menjauhi pantai tersebut. jika anda sedang berada di daerah pegunungan, maka perhatikan disekitar anda apakah ada kemungkinan longsor.
3. Setelah terjadi gempa
• Jika anda masih berada dalam gedung, maka yu keluar dengan tertib, jangan gunakan Lift, gunakanlah tangga.
• Periksa sekeliling anda, apakah ada kerusakan, baik itu listrik padam, kebocoran gas, dinding retak dsbnya. Periksa juga apakah ada yang terluka. Jika ya, lakukanlah pertolongan pertama.
• Hindari bangunan yang kelihatannya hampir roboh atau berpotensi untuk roboh
• Carilah informasi tentang gempa tersebut, gunakanlah radio tadi.
Retrofit seismik merupakan modifikasi dari struktur bangunan untuk membuat mereka lebih tahan dan resistan terhadap kegiatan seismik , gerakan tanah, atau tanah kegagalan karena gempa bumi. Sebelumnya banyak struktur yang dirancang tanpa merinci yang memadai dan penguatan untuk perlindungan seismik. Pembangunan dengan bahan bangunan seismic tidak sepopuler sekarang, tetapi seiring pergeseran kulit bumi yang menyebabkan gempa bumi dan bencana, bahan bangunan seismik mulai digemari konsumen pada akhir tahun 1960 bagi negara maju (AS, Jepang dll) dan 1970-an untuk bagian lain dari dunia (Turki, Cina dll).
Para teknik retrofiting yang diuraikan di sini juga berlaku untuk bencana alam lainnya seperti siklon tropis , tornado , dan berat angin dari badai
Teknik–teknik retrofitting
Base isolation
Isolasi dasar atau Base isolator adalah kumpulan elemen-elemen struktural bangunan yang secara substansial memisahkan struktur bangunan dari tanah bergetar sehingga melindungi integritas bangunan dan meningkatkan nya kinerja seismik . Ini merupakan rekayasa gempa teknologi, yang disebut kontrol getaran , dapat diterapkan baik untuk sebuah bangunan yang baru dirancang dan upgrade seismik dari struktur yang ada.
Damper Tambahan
Prinsip kerja Damper Tambahan adalah menyerap energi gerak dan mengubahnya menjadi panas, sehingga efek resonansi dalam struktur yang kaku melekat ke tanah. Selain menambahkan kapasitas energi disipasi struktur, redaman tambahan dapat mengurangi perpindahadalam struktur sehingga menghindari rubuhnya struktur.
Peredam massa Tuned
Peredam massa Tuned (PMD) berguna untuk mempekerjakan beban bergerak pada beberapa jenis mata air. Ini biasanya digunakan untuk mengurangi goyangan angin di bangunan yang ringan beratnya.
Slosh tank
Slosh tank adalah tangki besar cairan ditempatkan di lantai atas. Selama peristiwa seismik, cairan dalam tangki ini akan aduk bolak-balik untuk mencegah terjadinya resonansi antara gedung dan getaran akibat gempa bumi, sehingga menghalangi terjadinya rubuhnya bangunan
Dukungan struktural / penguatan
Bentuk yang paling umum dari retrofit seismik untuk bangunan yang lebih rendah adalah menambahkan kekuatan untuk struktur yang ada untuk menahan kekuatan gempa.
Eksterior kolom beton
Bangunan bersejarah, terbuat dari batu unreinforced, mungkin memiliki interior merinci budaya penting atau mural yang tidak boleh terganggu. Dalam hal ini, solusinya mungkin untuk menambahkan sejumlah baja, beton bertulang, atau kolom beton poststressed untuk eksterior. Perhatian harus dibayar untuk koneksi dengan anggota lain seperti pondasi, pelat atas, dan atap gulungan.
Infill geser gulungan
Gambar diatas adalah sebuah infill geser gulungan untuk penguatan sebuah bangunan beton bertulang konvensional. Dalam kasus ini, ada kekuatan vertikal cukup dalam kolom bangunan dan kekuatan geser yang cukup untuk membuatnya tahan gempa.
Mitigasi bencana, menurut UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana, dalam hal ini ancaman gempa bumi, serta bertujuan mengurangi dan mencegah risiko kehilangan jiwa serta perlindungan terhadap harta benda dengan pendekatan struktural dan nonstruktural. Mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari satu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko yang membahayakan yang di akibatkan oleh ulah manusia dan bahaya alam yang sudah diketahui, serta proses perencanaan untuk respon yang efektif terhadap bencana-bencana yang benar-benar terjadi.
Tujuan mitigasi pada umumnya adalah untuk menghindari bencana yang terjadi, misalnya gempa bumi.
Gempa bumidapat diartikan sebagai getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi umumnya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi) yang menimbulkan guncangan atau getaran bagi bangunan di atasnya.. Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer.Dalam pengukuranya, terdapat 2 satuan umum yang biasa digunakan secara internasional yaitu:
moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia
skala rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude.
Mitigasi Gempa
Manajemen bencana merupakan bagian utama dan strategis dalam penanganan suatu bencana. Sangatlah penting untuk meningkatkan kesadaran seluruh umat manusia akan bencana alam, khususnya melalui pemahaman yang lebih baik mengenai bencana alam tersebut. Serta upaya mengurangi resiko bahaya melalui kemampuan teknologi dan manajemen. Salah satu bagian terpenting manajemen bencana adalah mitigasi.
Mitigasi berarti mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh dari satu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang procedural. Perlu penggunaan teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan.
Beberapa langkah awal yang dapat dilakukan dalam mitigasi bencana gempa antara lain:
·pemetaan daerah rawan gempa yang bisa dilakukan oleh lembaga riset atau perguruan tinggi. Hasil penelitian itu dapat dijadikan landasan untuk kebijakan pemerintah pusat dan daerah serta untuk peningkatan kesadaran masyarakat terhadap ancaman bencana. Kejadian gempa masa lampau dan pencatatan yang akurat dari luas lahan dan pengaruh-pengaruhnya. Kecenderungan gempa bumi untuk muncul lagi di daerah-daerah yang sama setelah masa seratus tahun. Perencanaan lokasi untuk mengurangi kepadatan penduduk di perkotaan di daerah- daerah geologi yang diketahui dapat melipat gandakan getaran-getaran bumi.
·Dari data tersebut pola bencana gempa bumi dapat dicermati untuk sebagai dasar perencanaan mitigasi bencana gempa bumi. Prediksi seorang pakar seismologi dari ITB, berdasarkan kajian ilmiah seismologi memprediksi akan ada gempa dengan skala 8,9 richter dan tsunami 15 meter di daerah Sumatra. Meskipun bencana gempa bumi tidak bisa diketahui kapan persis terjadinya, paling tidak prediksi tersebut dapat dijadikan perencanaan mitigasi yang cermat dan tepat.
·Program penting lain dalam mitigasi adalah adanya aturan tentang pendirian bangunan, baik perumahan, perkantoran, maupun fasilitas publik dengan konstruksi yang tahan gempa, sehingga bisa meminimalisasi korban jiwa. Hal ini sering disebut mitigasi struktural karena menekankan pada penguatan seluruh bangunan fisik. Pemerintah sampai saat ini belum mampu mengeluarkan building codes dan peraturan keselamatan bangunan berdasar zonasi kegempaan. Strategi mitigasi struktural tersebut adalah melakuikan rekayasa bangunan-bangunan untuk menahan kekuatan getaran. Undang-undang bangunan gempa, kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan undang-undang bangunan dan dorongan akan standar kualitas bangunan yang lebih tinggi harus terus diupayakan. Konstruksi dari bangunan-bangunan sektor umum yang penting menurut standar tinggi dari rancangan teknik sipil. Memperkuat bangunan-bangunan penting yang sudah ada yang diketahui rentan.
·Langkah mitigasi lain yang penting adalah pembuatan jalur-jalur evakuasi serta rambu-rambu, seperti tanda pintu darurat untuk membantu warga pada saat melakukan evakuasi jika bencana gempa bumi terjadi. Pembuatan jalur ini penting untuk mengurangi kemacetan, saat gempa lalu serta untuk mengurangi risiko terjadi kecelakaan. Pembuatan jalur ini perlu diikuti penyuluhan dan latihan evakuasi bagi pengguna jalan raya, latihan atau simulasi menyelamatkan diri atau keluar secara aman dan tidak panik saat menggunakan tangga darurat di gedung-gedung tinggi saat keluar dari pusat perbelanjaan, pasar, dan sekolah, serta cara berlindung di tempat yang aman saat gempa terjadi. Latihan dalam evakuasi gempa tersebut merupakan pendidikan dalam mitigasi gempa yang sangat penting dilakukan. Seharusnya latihan dan simulasi hal ini merupakan kurikulum wajib yang harus dilakukan setiap tahun bagi semua sekolah, kantor dan tempat-tempat umum lainnya. Sehingga kelemahan dan kekurangan yang terjadi senantiasa dapat diperbaiki.
·Tanggap darurat gempa adalah mitigasi lain yang harus dipersiapkan saat terjadinya bencana. Peningkatan kemampuan menghadapi ancaman dengan cara pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang pertolongan pertama, penyiapan peralatan kesehatan dan kebutuhan dasar, Organisasi tanggap darurat yang telah dibentuk pemerintah sampai tingkat pemerintahan tertentu di daerah jangan hanya sekedar di atas kertas. Perlu terus dilakukan reorganisasi dan konsolidasi secara berkala sehingga saat terjadi bencana organisasi Tanggap Darurat di daerah hanya menjadi macan ompong.
·Mitigasi nonstruktural dapat dilakukan dengan memperkenalkan atau menerapkan asuransi bencana di daerah yang rawan sehingga masyarakat tidak harus menunggu bantuan pemerintah atau donatur saat harus melakukan pemulihan pascabencana dan masyarakat dapat kembali melakukan berbagai aktivitas sosial dan ekonomi lebih segera.
Melihat pentingnya upaya mitigasi bencana alam tersebut, tampaknya harus segera dilakukan oleh semua pihak yang diprakarsai oleh departemen sosial. Mitigasi gempa tersebut harus dilakukan secara terpadu, terus-menerus, dan dilakukan semua pihak, sehingga kerugian cacat fisik, jiwa dan harta benda,dapat diminimalkan. Berbagai kejadian mengenaskan yang terjadi dalam bencana gempa tersebut adalah merupakan pengalaman berharga. Seringkali penyesalan itu terulang lagi hanya karena tidak ada inisiatif untuk memulai mitigasi bencana yang sangat penting ini